ANALISIS LITERASI MASSA AKSI TAN MALAKA


ANALISIS LITERASI
TAN MALAKA MASSA AKSI
KHOLID O. SANTOSA


AIDHA RIZMATIKA ZAHIROH
XI – IPS 1
01


SMA NEGERI 2 MALANG
28 FEBRUARI 2017



BIODATA TAN MALAKA.

            Tan Malaka dilahirkan di sebuah Surau, di lingkungan suku Minangkabau, Sumatera Barat. Tan Malaka lahir pada 2 Juni 1897. Nama kecilnya adalah Ibrahim. Ayahnya bernama Rasad, berasal dari Puak Chaniago, sedangkan ibunya bernama Sinah berasal dari Puak Simabur. Ibrahim merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adik satu-satunya, Kmarrudin, enam tahun lebih muda darinya.
            Leluhur Ibrahim dari garis ibu adalah pendatang dari Kamang, Bukittinggi. Sedangkan dari pihak ayah, leluhurnya berasal dari Bonjol. Ibrahim termasuk anak yang pemberani, bandel, dan nekat, tetapi tidak pernah meninggalkan shalat dan dalam usia yang relatif masih kanak-kanak, ia telah hafal Al-Qur’an. Pada saat kecil, ia termasuk anak yang cerdas. Karena kecerdasannya tersebut, Ibrahim direkomendasikan oleh guru-gurunya di Seklah Guru Negeri yang lebih mengutamakan anak ningrat dan pegawai tinggi. Di sana, Ibrahim belajar Bahasa Belanda serta bergabung dengan orkes sekolah sebagai pemain cello dibawah pimpinan Horensma. Horensma menganggap Ibrahim sebagai putranya sendiri.
            Setahun sebelum ujian berakhir, Ibrahim dipanggil pulang oleh keluarga di Suliki. Ia harus menerima penobatan sebagai pemangku Datuk Tan Malaka, menggantikan pemegang gelar yang sudah uzur. Serta ia harus menerima perjodohan yang telah ditentukan olehnya, namun ia menolaknya dan kembali ke tempat ia menimba ilmu. Setelah lama belajar, ia mulai meperlihatkan hobinya dibidang militer dan membuatnya melamar sebagai legiun asing tentara Jerman. Namun karena Jerman tidak menerima legiun asing, impian Tan Malaka tidak tercapai.
            Pada 1919 Tan Malaka menjadi guru bagi sekolah anak-anak kuli. Tidak lama kemudian pada 2 hingga 6 Maret 1921, Tan Malaka mengikuti Kongres Sarekat Islam di Yogyakarta. Yang pada saat itu Sarekat Islam dilanda perpecahan antara faksi islam dan faksi komunisme.
Tan Malaka akhirnya membangun sebuah sekolah bernama “Sekolah Tan”. Ia menguraikan dasar dan tujuan pendidikan kerakyatan dalam brosur bertajuk “SI Semarang dan Onderwijs”. Dasar tersebut ditujukan untuk bekal menghadapi kaum pemilik modal serta mengembangkan kepribadian menjadi lebih baik.
Pengalaman bersosialisasi dengan tokoh-tokoh Islam dalam Sarekat Islam membuat Tan Malaka bersemangat untuk menyatukan Islamisme dan Komunisme. Tan Malaka Khirnya terpilih sebagai Ketua Umum Partai Komunis. Tan Malaka adalah satu-satunya pimpinan komunis yang merangkul Sarekat Islam. Ia juga berusaha memperbaiki hubungan komunis-Islam tersebut. Karena usahanya tersebut ia mendapat simpati para tokoh-tokoh Islam dan diundang untuk berpidato tentang komunisme. Namun tidak sampa memenuhi undangan terseut, Tan Malaka keburu ditangkap oleh pemerintah colonial Belanda. Tan Malaka hanya menjabat sebagai ketua komunis selama tiga bulan lalu pada 29 Maret 1922, ia meninggalkan Indonesia menuju Belanda.
Di Belanda Tan Malaka terus mengampanyekan aliansi komunis-Islam. Dalam Kongres IV Komunis Internasional (Komitern) di Petrogard, Rusia, November 1922. Tan mengatakan bahwa Pan-Islam merupakan alat perjuangan seluruh muslim untuk merebut kemerdekaan. Watak dan orientasinya yang menjangkau jauh ke depan membuatnya menolak pemberontakan yang dilakukan kepada Belanda.
Pemberontakan diawali dengan pemogokan yang bersporadic, diikuti sabotase dan perlawanan bersenjata. Dimulai pada 12 November 1926 dan berakhir pada 12 JAnuari 1927. Pemberontakan tersebut berimbas pada setiap bentuk-bentuk pergerakan nasional yang menentang kolonialisme Belanda.
Sejak saat itu Tan Malaka berpisah dengan Partai Komunis. Ia bersama Subakat dan Djamaluddin Tamin mendirikan Parta Republik Indonesia (PARI) pada Juni 1927 di Bangkok, Thailand. Sebagai respon terhadap pemeberontakan yang gagal tersebut, Tan Malaka menulis naskah berjudul Massa Aksi. Dalam Massa Aksi, Tan Malaka membongkar kultur takhayul yang mendarah daging di kehidupan masyarakat Hindia Belanda saat itu. Kemudian memperkenalkan berbagai bentuk imperialisme, menunjukkan arti revolusi, dan menggambarkan bagaimana kekuatan rakyat bisa dimanfaatkan. Jadi Massa Aksi semacam desakan kuat kuat dari bawah untuk mendorong perubahan.


SINOPSIS TAN MALAKA MASSA AKSI.

            Revolusi bukanlah suatu pendapatan otak yang luar biasa, bukan hasil persediaan yang jempolan dan bukan lahoir atas perintah seorang pemuda yang luar biasa. Kecakapan dan sifat luar biasa dari seseorang membangunkan revolusi,  mempercepat dan memimpinnya menuju kemenangan. Satu kelasa atas satu bangsa yang tidak mampu melemparkan peraturan-peraturan kolot serta perbudakan dengan perantaraan revolusi, niscaya musnah atau ditakdirkan menjadi budak untuk selama-lamanya.
            Riwayat Indonesia penuh dengan kesaktian, dongeng-dongeng, karangan-karangan, dan pertentangan. Riwayat Indonesia dapat berasal dari pengaruh luar negeri, Bangsa Indonesia asli, pengaruh Hindu, kegundahan Empu Sendah, kejayaan Trunajaya, serta permasalahan Diponegoro. Inti dari semua riwayat-riwayat tersebut adalah pertama bahwa riwayat kita adalah riwayat Hindu atau setengah Hindu, kedua bahwa perasaan sebagai kemegahan nasional jauh dari tempatnya dan yang penghabisan, bahwa setiap pikiran yang  menyangka pencerahan (renaissance) sama dengan menggali aristrikratisme dan penjajahan Bangsa Hindu dan setengah Hindu yang sudah terkubur itu.
            Bangsa Indonesia yang sejati dari dulu dan sekarang masih tetap menjadi budak belian yang penurut, bulan-bulanan dari perampok-perampok bangsa asing. Kebangsaan Indonesia yang sejati tidak ada selain dengan maksud melepaskan Bangsa Indonesia yang belum pernah merdeka itu. Bangsa Indonesia yang sejati belum mempunyai riwayat sendiri selain dari perbudakan. Riwayat bangsa Indonesia baru dimulai setelah mereka terlepas dari tindasan kaum imperialis.
            Berbagai macam pemerasan dan penindasan dilakukan dalam mencapai imperialisme seperti perampokan terang-terangan, monopoli, setengah monopoli, dan persaingan merdeka. Sedangkan penindasan dalam politik seperti impeialisme biadab, imperialism autokratis, imperialisme setengah liberal, dan imperialisme liberal. .
            Selain imperialism juga ada kapitalisme Indonesia. Kapitalisme Indonesia merupakan satu cengkolan dari Eropa yang dari beberapa hal tak sama dari kapitalisme yang tumbuh dan dibesarkan dalam negerinya sendiri. Kapitalisme yang masih muda berakibat pada produksi dan pemusatannya yang belum mencapai tingkatan yang semestinya. Kapitalisme juga memisahkan antara kota dengan desa. Kapitalisme di Indonesia tidak tumbuh dengan semestinya, tidak dilahirkan oleh cara-cara produksi bumiputera yang menurut kemauan alam. Melainkan perkakas asing yang dipergunakan untuk kepentingan asing yang dengan kekerasan mendesak sistem produksi bumiputera.
            Keadaan rakyat Indonesia sangat memprihatinkan, banyak rakyat Indonesia yang miskin, kelaparan, dijadikan budak, dan lain sebagainya. Begitu banyak undang-undang paksa terhaap politik gerakan, hingga tak dapat kita terus terang mengatakan atau menulis sesuatu yang mengenai penjajah atau yang dapat membukakan mata rakyat yang terbelenggu. Rakyat mesti menutup mulutnya jika terjadi penganiayaan atas diri pemimpin-pemimpin yang dipercayai dan dikasihi mereka apabila dengan sengaja dirampas beberapa bulan kemerdekaannya. Rakyat tidak bisa menentang apapun yang sudah dikatakan oleh pemimpin mereka. Karena perkataan pemimpin sudahlah mutlak.
            Kecurangan Belanda yang sudah 300 tahun di dunia imperialism dinamai kolonisator yang menciptakan pertentang sosial dan kebangsaan yang satu-satunya di seluruh Asia. Kemalangan nasib buruh Indonesia hanya dapat diperbaiki dengan jalan menaikkan gaji mereka yang sepadan (dengan memperhatikan) harga barang keperluan sehari-hari.
            Politik Indonesia belum pernah jadi kepunyaan masyarakat Indonesia sepenuhnya. Paham kenegaraan tak pernah melewati segerombolan kecil penjajah Hindu atau setengah Hindu. Konstitusi tidak ada yang menentukan penobatan atau pemakzulan (menurunkan dari tahta) seorang raja dengan menter-menterinya, serta menetapkan dengan seksama kekuasaan dan lapangan pengaruhnya.
            Adanya kekayaan dan kekuasaan yang sudah tertumpuk dalam genggaman orang kapitalis, rakyat Indonesia yang semakin lama semakin miskin, pertentangan kelas dan kebangsaan yang semakin tajam serta pemerintah Belanda yang semakin lama semakin reaksioner merupakan tanda-tanda kemungkinan besar terjadinya Revolusi.
            Dengan berbagai ragam suara, dalam keadaan yang berbeda-beda dan oleh berbagai golongan rakyat, tujuan politik Indonesia sudah dinyatakan yaitu untuk kemerdekaan nasional. Tentang tujuan akhir ini orang diseluruh Indonesia telah bulat sepakat. Hanya jalan yang akan ditempuh serta alat-alat yang dipakai yang berlain-lainan. Alat-alatnya seperti badan-badan pemerintahan, pengadilan pemerintahan, sekolah-sekolah pemerintahan, serta polisi dan tentara.
            Pemandangan pendek tentang gerakan kemerdekaan Indonesia menyebabkan gagalnya partai-partai borjuis sperti Budi Oetomo, National Indische Partij, dan Sarekat Islam. Di dalam perjuangan yang luar biasa beratnya selama beberapa tahun yang laluberhasillah PKI dan SR. Menghimpun kaum buruhdan revolusioner dari BU, N.I.P, dan SI bernaung kepada panji-panjinya.
            Dan pada akhirnya dibuatlah rancangan untuk program proletar  dibidang politik, ekonomi, dan sosial. Dibidang politik seperti kemedekaan dengan segera dan mutlak, mendirikan satu Republik Federasi, dan segera mengadakan Rapat Nasional. Dibidang ekonomi yaitu menjadikan tambang-tambang, minyak-minyak dan lainnya menjadi milik nasional, alat-alat pengangkutan dan lalu lintas menjadi milik nasional dan yang terakhir dibidang sosial adalah melindungi para buruh, mendirikan rapat-rapat buruh dan memisahkan negara dari gereja, masjid dan mengakui kemerdekaan agama.
  

KETELADANAN TAN MALAKA.

Tan Malaka merupakan seorang penjelajah dengan daerah yang telah dijamahnya yaitu tak kurang dari 21 tempat dan 11 negara. Meskipun dengan kondisi sakit-sakitan serta pengawasan ketat agen-agen Interpol ia tetap berpetualang ke negeri orang lain. Semua pengorbanan dan perjuangannya ia lalui hanya demi satu hal yaitu kemerdekaan Indonesia. Hal itu membuktikan bahwa Tan Malaka rela berkorban demi kemerdekaan bangsa dan negaranya.
Ia adalah seorang pejuang yang sangat memperjuangakan nasib rakyat Indonesia pada zaman dahulu. Tan Malaka dikenal sebagai penentang diplomasi dengan Belanda yang dilakukan dalam posisi merugikan Indonesia. Ia juga memimpin organisasi Persatuan Perjuangan yang menuntut agar perundingan baru dilakukan jika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia seutuhnya.
            Tan Malaka juga membantu rakyat Indonesia dengan cara membangun “Sekolah Tan” yang dikhususkan untuk membantu rakyat dalam melakukan pergerakannya. Ia juga menjadi guru di sekolah anak-anak kuli tanpa bayaran apapun. Dengan jiwa besar yang dimilikinya ia mendapat perhatian besar dari tokoh-tokoh penting di Indonesia.
Tan Malaka juga tidak setengah-setengah dalam mencapai kemerdekaan Indonesia maupun dalam mengalahkan musuh. Dalam usahanya tersebut ia menyatukan komunisme dan islamisme. Padahal ia tahu bahwa dengan menyatukan dua kubu yang sangat berbeda ini pasti akan menimbulkan permasalahan yang tiada hentinya serta banyak yang akan menentang pendapatnya tersebut. Namun Ia tetap mempertahankan pendapatnya tersebut untuk meraih kemerdekaan. Karena menurutnya jika kita memperdalam dan melebih-lebihkan perbedaan yang ada antara komunisme dan Islamisme akan semakin memberi kesempatan kepada musuh untuk melumpuhkan gerakan Indonesia.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI NOVEL MAPS karya RADIN AZKIA

TEKS ANEKDOT BASA JAWA

sinopsis my lovely girl episode 2 part 1